SELAMAT DATANG & SELAMAT MENIKMATI BLOG INI

Selasa, 09 Oktober 2012

SEMUA UNTUK ANAKKU

Kasih Ibu - dianarfianti.wordpress.com


Tulisan ini saya dedikasikan ke Ibu saya : Khairiyah binti Sahiri
" I ALWAYS LOVE YOU, MAK. ALL IN MY LIFE......"


‘’Anakku Dimas, Ibu hari ini hanya punya uang seratus ribu, ibu tidak mampu membelikan kamu ticket untuk nonton Film 'Up,' bahkan Kakak Asma yang sudah berjanji dengan kawan-kawannya untuk menonton Film Emak Naik Haji pun belum sempat ibu pikirkan darimana mendapatkan uangnya, sementara ibu tahu, gaji ayah belum cukup untuk memenuhi semua yang kalian inginkan. Ibu harus pandai mengatur semua uang yang ayah berikan, hari ini ibu ada rezeki dari hasil membetulkan jahitan seragam anak jisc, sebanyak seratus ribu rupiah, ibu akan membagi; limapuluh ribu untuk membayar cicilan mesin jahit ibu, duapuluh ribu untuk membayar uang les kakak, sepuluh ribu bisa ibu pakai untuk membeli alat-alat tulismu yang katamu terjatuh di depan selokan rumah Amir, dan sisanya duapuluh ribu lagi akan ibu gunakan untuk membayar pendaftaran taekwondo abangmu."


Demikian ungkap ibu didalam suratnya, ketika aku menemukan surat itu didalam kantung baju ibu. Pagi itu aku bertugas membawa pulang semua baju ibu, ketika ayah memberitahu kami, bahwa ibu masuk rumah sakit ketika mengendarai motor tua ayah untuk pergi membayar uang les bimbel kakak ke Jalan Simatupang. Mungkin karena cuaca hujan, dan ibu juga terlupa membawa kacamata ibu, maka ibu tidak begitu melihat perbedaan jalur lambat dan jalur cepat, sehingga ketika dari jalur lambat ibu ingin pindah ke jalur cepat, ibu tidak melihat minibus Kopaja no 57 dari arah Mampang ke Kemang.

Ibu katanya sempat terseret sejauh 7 meter, oh ibu, walau dikabarkan hanya luka ringan dan sedikit gegar otak, kami bertiga tak sanggup membayangkan betapa pengorbanan ibu untuk kami sangat luar biasa. Ibu mendahulukan pembayaran uang les dan uang bimbel serta membeli beberapa alat tulis bagi anak-anaknya, karena kami masih melihat, dalam dompet ibu masih tersisa uang Rp.50.000 yang sedianya akan Ibu bayarkan untuk cicilan mesin jahit, coba misalnya ibu bayar mesin jahit dulu, tentu ibu tidak akan masuk rumah sakit, karena pasti ayah yang akan mengantar kami membayar uang les ini dan itu sekalian mengantar kami pergi les. Namun itulah ibu, ibu selalu mendahulukan kepentingan kami, dan ibu seringkali mengabaikan kepentingannya asalkan kepentingan kami, anak-anaknya telah selesai dikerjakan.

Oh ibu... dengan apa aku akan membalas cintamu?! Aku terisak dibalik tumpukan baju-baju yang belum dicuci. Dan malam itu, aku memilih untuk tidak kemana-mana dan menghabiskan malamku dengan mencuci semua baju-baju ibu dan membantu kerjaan ibu, kapan lagi aku dapat berbuat untuk ibu, walau ibu tidak melihat tapi aku merasakan bahwa ingatanku pada perjuangan ibu akan memberikanku kekuatan untuk mencuci baju, sesuatu yang hampir tak pernah kulakukan dalam usiaku yang baru sepuluh tahun ini. Setelah 5 jam penuh aku mencuci baju yang hanya 7 helai saja, aku baru merasakan bahwa menjadi ibu sangat berat,dan tangisku semakin keras ketika aku menjumpai celana panjangku yang kotor dan sobek di beberapa bagian telah ditambal ibu namun sobek lagi dan sobekannyapun penuh dengan lumpur yang mengeras, dan aku sendiri memerlukan waktu hampir satu jam untuk mengorek dan menguceks semua lumpur dari celana panjangku sendiri.

Bercampur dengan airmataku, aku membayangkan tangan ibu yang kurus dan kecil setiap hari harus mengusek celana panjangku yang selalu penuh dengan robekan dan lumpur bekas aku main bola tak kenal waktu, baik hujan maupun musim kemarau, ibu tidak pernh mengeluh, hanya menegur dengan halus, agar aku tidak mudah merobekkan celana panjangku. Kata ibu, bila celana panjang banyak bolongnya, malu dengan malaikat bila aku pakai celana panjang itu untuk sholat.

Oh ibu, teguranmu begitu halus, dan kau tidak pernah mengeluh akan beratnya mencuci celana panjangku yang mengeras dengan lumpur. Aku berjanji dibalik cucianku, dibalik isaktangisku dan buramnya mataku bahwa aku akan selalu membantu ibu, menjaganya agar tidak berat bila mengurus semua keperluanku dan akan selalu menyayangi ibu. Sambil menjemur dengan susah payah diteras belakang rumahku, aku melihat ke langit dan bintang-bintang, dan aku berkata pada bulan; "mampirlah ke jendela kamar ibu di Rumah Sakit Harapan Bunda kamar kelas 3 lantai 4, katakan padanya bahwa aku Dimas anak bungsunya sangat cinta padanya, nama Ibuku Suriati Jamillah… I love you mom," bisikku lamat-lamat.


Sumber: http://jisc.eramuslim.com

4 komentar:

  1. postingan yang sangat indah
    sangat menarik dan bermanfaat, sukses ya sob
    terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih ya sohib atas supportnya... suskes juga buat PP-nya ya....

      Hapus
  2. Asik nih artikelnya, ntr aq bikin juga ahhh. heee

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih mbak Indah..
      Btw, saya tunggu artikelnya ya...

      Hapus

Silahkan berkomentar menggunakan hati nurani dan tidak mengandung SARA, SEX dan POLITIK"